WELCOME wayan sutiani my blog's

jadikan ini inspirasi yang terindah dalam diri kita sendiri....

Makna Dalam Sebuah Kehidupan

Bila esok hari kau tuntun ke jalan yang benar...
hidup ini akan terasa lebih baik............
mungkin bila hari akan membawa...........
hidup ke jalan yang lebih bagus mungkin terasa..........
lebih bermakna............
itulah kepercayaan dalam hidup...

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 04 Desember 2010

Perkembangan bahasa remaja


Kata Pengantar
Puji syukur penulis penjatkan kehadiratbTuhan yang maha kuasa, atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ Perkembanga bahasa remaja” Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk mengikuti ujian mid semester.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini bisa jadi.





                                                                                          Gorontalo,25 november 2010

                                                                                                              penyusun



Perkembangan Bahasa Remaja

A.Pengertian Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. Penggunaan aspek kebahasaan dalam proses pembelajaran sering berhubungan satu sama lainnya. Menyimak dan membaca erat hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan carauntukmengekspresikanmakna(Tarigan,1986:10).
Bersamaan dengan kehidupannya dalam masyarakat luas, anak
(remaja) mengikuti proses belajar di sekolah. Sebagaimana diketahui dilembaga pendidikan bahasa diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata,namun juga secara berencana merekayasa perkembangansistembudaya,termasukdidalamyaperilakuberbahasa.
Pengaruh pergaulan dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehinggabahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang didalamkelompoksebaya.Darikelompokituberkembangbahasasandi, bahasakelompoktertentuyangbentuknyaamatkhusus(bahasaprokem).
Perkembangan bahasa anak dilengkapi dan piperkaya oleh lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal. Hal ini berarti bahwa proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa. Bersamaandengankehidupannyadalammasyarakatluas,anak (remaja)mengikutiprosesbelajardisekolah.
Masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapatberakibatpulapadaaspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilakudankepribadianlainnya.
Sesuai dengan fungsinya,  bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain.  bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa  diperlukan. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang (bayi anak) dimulai dengan meraban (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa atau suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi yang tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang digunakannya juga sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lain, meniru dan mengulang hasil yang telah didapatkan merupakan cara  belajar bahasa awal. Bayi bersuara, ‘mm  mmm’, ibunya tersenyum mengulang menirukan dengan memperjelas dan memberi arti suara itu menjadi ‘maem-maem’. Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya) disekelilingnya membetulkan dan memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia enam sampai tujuh tahun, disaat anak mulai bersekolah. Jadi  perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain.
B.CIRI BAHASA REMAJA
Ragam bahasa remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek seperti ‘permainan diganti degan mainan, pekerjaan diganti dengan kerjaan.
Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan berstruktur kalimat tunggal. Bentuk-bentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Dengan menggunakan struktur yang pendek, pengungkapan makna menjadi lebih cepat yang sering membuat pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia mengalami kesulitan untuk memahaminya. Kita bisa mendengar bagaimana bahasa remaja ini dibuat begitu singkat tetapi sangat komunikatif.
C.MAKNA BAHASA REMAJA
a. Gaul, dong!
Dalam konteks sosial pergaulan remaja, gaul bukanlah sekedar kata. Melainkan sudah menjadi semacam istilah atau ungkapan yang ruang lingkupnya menyentuh berbagai perilaku atau gaya hidup remaja. Sayangnya, istilah atau.ungkapan itu cenderung bertentangan dengan nilai atau norma-norma yang ada. Contohnya, berpacaran dengan ngeseks-nya, minum minuman keras (ngedrink), menggunakan obat terlarang (ngedrugs), berjudi (ngegambling) atau yang lainnya dianggap gaul. Begitu pula dengan kebiasaan nongkrong, ngeceng, atau yang jainnya. Lebih tegasnya, makna gaul lebih berkonotasi negatif. Kata gaul yang sudah menggejala bahkan membudaya itu, disadari atau tidaK memiliki makna psikologis yang relatif cukup kuat pengaruhnya dalam komunitas pergaulan remaja. Akibatnya karena ingin disebut gaul, tidak sedikit diantara remaja yang ikut-ikutan untuk segera memiliki pacar, ngedrink; nyimenk, ngedrugs, atau yang lainnya termasuk nongkrong atau ngecengnya. Entah di pinggiran jaian, di mal-mal, di tempat-tempat hiburan, dan lain sebagainya. Istilah mereka : Gaul dooong
b. Pede aja, lagi!
Pede (PD) adalah bahasa gaul yang mengungkapkan perlunya seseorang u.ntuk percaya diri. Namun ironisnya, himbauan, saran, atau perlunya seorang untuk bersikap “percaya diri1 ini juga cenderung tidak dibatasi oleh norma-norma tadi, Misalnya seorang gadis berok mini dan berbaju you can see disarankan untuk pede (baca : percaya diri) dengan pakaiannya itu. Bahkan bisa jadi si gadis memang merasa lebih pede dengan model pakaian demikian. Pede aja lagi ! Begitulah bahasa mereka. Masih banyak contoh lain yang menunjukkan perlunya seseorang untuk bersikap pede namun tetap normlessness seperti tadi. Sebab ukuran pede yang seharusnya berlandaskan pada keluhuran nilai-nilai moral dan agama, terkikis oleh hal-hal yang bersifat fisik dan kebendaan. Contoh lainnya, seseorang merasa pede hanya lantaran kecantikan atau ketampanan wajahnya semata, pede hanya jika ke sekolah atau ke kampus membawa motor atau mobil, pede cuma karena mengandalkan status sosial keluarga, dan masih banyak kasus yang lain, Sedangkan merasa pede setelah memakal deodoran di ketiak, itu sih, tidak menjadi masalah. Daripada bauket dan mengganggu orang lain ? Ukuran pede seperti itu, jelas nggak bermutu, selain juga keliru. Pasalnya, pemahaman pede harus lebih ditempatkan dalam ukuran atau standarisasi nilai-nilai ahlak. Bukan karena landasan fisik dan kebendaan semata.
c. Kasihan deh, Lo!
Ungkapan ini juga termasuk bahasa gaul yang masih cenderung normless. Sebab ungkapan tersebut seringkali terlontar pada konteks yang tidak tepat. Sebagai contoh, seorang remaja yang tidak mau mengikuti tren tertentu dianggap : Kasihan deh, Lo!. Begitu pula dengan remaja yang membatasi diri dari perilaku lainnya yang sesungguhnya memang perlu/harus dihindari karena tidak sesuai dengan nilai atau norma-norma agama (Islam). Misalnya karena.tidak pernah turun ke diskotek lengkap dengan ngedrink atau ngec/njgsnya, ataupun perilaku negatif lain yang sudah menjadi bagian dari gaya hidup remaja. Bisa juga ungkapan “Kasihan deh, Lu” ini tertuju pada remaja yang sama sekali tidak mengetahui berbagai informasi yang memang sesungguhnya juga tidak perlu untuk diketahui. Seperti tidak mengetahui siapa sajakah personil bintang Meteor Garden yang tergabung dalam f4"itu ? Siapa pula Delon itu? Atau yang lainnya
d. Nyantai aja, Coy!
Kekeliruan lain yang juga menggejala dalam bahasa gaul remaja adalah ungkapan : Nyantai aja, Coy ! Tentu tidak masalah dalam kondisi tertentu kita nyantai, lebih tepatnya adalah bersantai atau istirahat untuk menghilangkan kepenatan. Namun yang menjadi masalah apabila Nyantai aja, Coy disini konteksnya mirip dengan lagu iklan Silver Queen : mumpung kiitaa masih muda, santai saja Ingat kan ? Nyantai aja, Coy ! yang dilontarkan sebagian remaja seringkali bermakna ketidakpedulian terhadap kemajuan atau prestasi diri. Sebagai contoh, seorang remaja mengatakan, Nyantai aja, Coy ! kepada temannya, karena temannya itu terlihat gelisah lantaran belum belajar untuk persiapan ujian besok pagi, Nyantai aja, Coy ! terkadang bisa pula menunjukkan ketidakpedulian terhadap lingkungan sosial atau orang lain. Misalnya, seorang remaja putri sedang asyik ngobrol di telepon umum sementara banyak orang antri menunggu giliran. Ketika salah seorang yang antri menegurnya, ia malah menjawab Nyantai aja, Coy ! Jika mau dicermati tentu masih banyak ungkapan : Nyantai aja, Coy ! yang sering dilontarkan para remaja namun tidak sesuai dengan konteksnya bahkan menafikan keluhuran nilai-nilai akhlak, Repotnya, apabila mereka dinasihati untuk men}auhi berbagai perilaku yang tidak baik, termasuk dalam menggunakan ungkapan yang tidak tepat (karena tidak sesuai dengan konteksnya), maka dengan mudahnya mereka malah berbalik mengatakan, Nyantai aja, Coy !
D.PERAN BAHASA REMAJA
Dalam berkomunikasi sehari-hari, terutama dengan sesame sebayanya, remaja seringkali menggunakan bahasa spesifik yang kita kenal dengan bahasa “gaul”. Disamping bukan merupakan bahasa yang baku, kata-kata dan istilah dari bahasa gaul ini terkadang hanya dimengerti oleh para remaja atau mereka yang kerap menggunakannya.
Kita semua secara sadar maupun tidak sadar pernah mengamati bagaimana kaum remaja menjawab pertanyaan yang diberikan oleh para orang lain mengenai sebuah acara remaja. Kira-kira beginilah :
1) "Emm, pokoknya acara asyik banget, band-band yang tampil keren banget, musiknya OK, ya pokoknya te-o-pe deh!"
2) "Gila, acaranya keren banget gitu, lho! Aduh pokoknya keren deh... Pokoknya yang nggak dateng nyesel aja!!"
3) "Wah, pokoknya gua salut lah sama panitianya. Acaranya keren abis, booo!!"
Lalu bagaimana kalau dimintai komentar, misalnya tentang seorang artis favoritnya, katakanlah Jennifer Lopez?
1. "Wah Jennifer Lopez itu top banget, gitu lho! Bodinya seksi, suaranya bagus, cantik banget, aduh pokoknya keren deh!"
2. "Iya, gua demen banget sama J-Lo. Dia tuh udah seksi, jago nyanyi, udah gitu jago nge-dance lagi! Wah, tipe gua banget, tuh!
3. "Gua suka J-Lo.... karena apa ya? Ya karena dia keren aja, gitu!!!"
Dengan kondisi seperti ini, wajarlah kiranya jika para siswa sekolah jauh lebih memilih mengerjakan soal-soal pilihan ganda daripada esai. Masalahnya jelas : mereka tidak mampu menyampaikan maksudnya dengan baik ; dengan cukup jernih sehingga bisa dimengerti oleh orang lain. Kalau cuma sekedar bilang "si A keren", "acara ini bagus", "desainnya ciamik" dan sebagainya, siapa pun bisa melakukannya. Tapi tidak ada yang mengerti maksud pembicaraannya sebenarnya. Keren seperti apa? Mengapa ia dibilang keren? Apa yang membuatnya merasa ia lebih keren daripada yang lain? Tidak ada secuil pun informasi!
Selain itu ada beberapa contoh kalimat yang sering kita dengar dalm kehidupan sehari-hari.
“Kamu anak baru, ya?”
‘Iya.”
“Jurusan apa?”
“Komunikasi.”
“Pantesan cantik.”
“Makasih.”
“Eh, mau ini?”
“Apa tuh? Obat, ya?”
“Iya, kalau mau ambil aja.”
Gaya berbahasa berkaitan erat dengan bahan bacaannya. Kalau yang dibaca remaja selalu masalah-masalah percintaan yang beraliran gombalisme, maka tidak heran jika pikiran mereka pun tidak terbiasa dengan hal-hal lain yang sebenarnya sangat penting. Jika pikirannya hanya disibukkan oleh hal-hal semacam itu, maka jangan heran jika mereka cenderung menghindar dari pembicaraan-pembicaraan serius (dan tentu juga tulisan-tulisan yang serius).
Bahasa remaja yang digunakan oleh kalangan remaja saja. Penggunaan bahasa remaja ini memiliki fungsi yang strategis bagi kehidupan mereka. Dengan menggunakan bahasa remaja, mereka merasa sebagai orang yang bisa dan masuk dalam komunitas mereka.
Dalam kesehariaanya, bahasa remaja dugunakan sebagai penghubung antarmereka. Dengan bahasa remaja yang sifatnya dinamis, remaja merasa memiliki kebebasan untuk mengepresikan kehidupan mereka.
Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan kemampuan berbahasa individu, tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam tahap-tahapsebagaiberikut:

1.Tahapmeraban(pralinguistik)pertama
Pada tahap meraban pertama, selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi-bayi menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan tertawa, seolah-olah menghasilkan tiap-tiap jenis yang mungkin dibuat. Banyak pengamat menandai ini sebagai tahap bayi menghasilkan segala bunyi ujaran yang dapat ditemui dalam segala bahasa dunia. Adalah menarik perhatian bahwa produksi-produksi seorang bayi ditandai dengan cara ini, tetapi karakterisasi tersebut mungkin tidak benar berdasarkan fakta-fakta, terutama sekali dalam kasus konsonan-konsonan yang amat rumit.
Bagaimanapun juga, hal yang penting adalah bahwa suara-suara bayi yang masih kecil itu secara linguistik tidaklah merupakan ucapan-ucapan yang berdasarkan organisasi fonemik dan fonetik. Suara-suara atau bunyi-bunyi tersebut tidaklah merupakan bunyi-bunyi ujaran, tetapi barulah merupakan tanda-tanda akustik yang diturunkan oleh bayi-bayi kalau mereka menggerakkan alat-alat bicaranya dalam setiap susunan atau bentuk yang mungkin dibuat. Mereka bermain dengan alat-alat suara mereka, tetapi rabanan mereka hendaknya jangan digolongkan sebagai performansilinguistic.
2.Tahapmeraban(pralinguistik)kedua
Tahap ini disebut juga tahap kata omong kosong, tahap kata tanpa makna. Awal tahap maraban kedua ini biasanya pada permulaan pertengahan kedua tahun pertama kehidupan. Anak-anak tidak menghasilkan sesuatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat seolah-olah mengatur ucapan-ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata. Banyak kerikan yang aneh-aneh serta dekutan-dekutan yang menyerupai vokal hilang dari output para bayi, dan mereka mulai menghasilkan urutan-urutan KV (konsonan-vokal), dengan satu suku kata yang sering diulang berkali-kali.
Pada suatu waktu bagian terakhir periode ini (sekitar akhir tahun pertama kehidupan) muncullah “kata pertama”. Biasanya kata itu tidak akan berbunyi lebih menyerupai kata orang dewasa daripada sejumlah rabanan yang telah dihasilkan oleh bayi selama tahap ini, tetapi akan dianggap sebagai kata pertama itu. Misalnya seorang bayi (bayi keluarga Cairns) mengatakan [X] dan menunjuk kepada tempat lilin, lampu, lampu senter, lampu mobil, bahkan kepada tombol (lampu) di dinding. Orang tuanya menerima [X] sebagai kata bukan karena berbunyi lebih menyerupai kata daripada ucapan-ucapannya yang lain, tetapi karena jelas bunyi tersebut mempunyai jodoh makna (dalam kasus ini “cahaya; lampu), dan itulah sebenarnya apa yang disebutujarandanbahasaitu.
3.Tahapholofrastik(tahaplinguisticpertama)
Pada usia sekitar 1 tahun anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu kata yang diucapkan oleh anak-anak harus dipandang sebagai satu kalimat penuh mencakup aspek intelektual maupun emosional sebagai sebagai rasa untuk menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu. Anak menyatakan “mobil” dapat berarti “saya mau mobil-mobilan”, “saya mau ikut naik mobil bersamaayah”,atau“sayamaumintadiambilkanmobilmainan”.
Ucapan-ucapan satu kata pada periode ini disebut holofrase-holofrse, karena anak-anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam satu kata yang diucapkanya itu. Banyak sekali terdapat kedwimaknaan dalam ujaran anak-anak selama tahap ini dan juga berikutknya. Maka seringkali perlu diamati benar-benar apa yang sedang dilakukan anak-anak itu, barulah kita dapat menentukan apa yang dia maksudkan dengan yang dia ucapkan itu.

4.Ucapan-ucapanduakata
Anak-anak memasuki tahap ini dengan pertama sekali mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Misalnya, anak-anak yang mempergunakan holofrase-holofrase “kucing” dan “papa” mungkin menunjuk kepada seekor kucing dan diikuti oleh jeda sebentar, lalu kepada papa. Maknanya akan terlihat dari urutan ‘kucing papa’, tetapi jelas anak-anak itu telah mempergunakan dua buah holofrase untuk menyatakan makna tersebut. Segera setelah itu anak-anak akan mulai memakai ucapan-ucapan dua kata seperti ‘baju mama’, ‘pisang nenek’, ‘saya mandi’,dansebagainya.
Selama periode dua kata ini anak-anak tidak menggunakan infleksi. Verba-verba yang mereka pakai tidak mempunyai penanda-penanda waktu dan jumlah; nomina-nomina mereka tidak memakai akhiran-akhiran jamak. Walaupun kosa kata perorangan amat berbeda-beda, namun pada tahap ini anak-anak jarang sekali menggunakan preposisi, partikel, dan konfungsi (yang biasa disebut kata tugas), misalnya: ‘papa mama pergi’ (papa dan mama pergi), ‘nenek Bandung’(nenekkeBandung).
Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk menyatakan kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat sederhana yang disebut dengan istilah “kalimat dua kata”yangdirangkaisecaratepat.



5.Pengembangantatabahasa
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks, dan mulai menggunakan kata jamak. Penambahan dan pengayaan terhadap sejumlah dan tipe kata secara berangsur-angsur meningkatsejalandengankemajuandalamkematanganperkembangananak.
Ujaran anak-anak pada masa ini dilukiskan sebagai telegram karena perhitungan kata-kata tugas yang menyebabkan ucapan anak-anak itu berbunyi seperti telegram yang ditulis oleh orang dewasa.
6.Tatabahasamenjelangdewas(tahappengembangantatabahaslengkap)
Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan kongjungsi. Perbaikan dan penghalusan yang dilakukan pada periode ini mencakup belajar mengenai berbagai kekecualian dari keteraturan tata bahasa dan fonologis dalambahasaterkait.
Liber (1973) melaporkan perkembangan kalimat-kalimat kompleks pada tiga orang anak yang berusia dua dan tiga tahun. Konstruksi-konstruksi komplek pertama yang melibatkan komplemen-komplemen yang berfungsi sebagai NP obyek, seperti ‘saya melihat kamu duduk’, tetapi tidak ada suatu contoh tunggal suatu komplemen yang bertindak sebagai NP subyek sebelum usia tiga tahun. Kedua, tetapi tidak begitu sering, Limber mengamati anak kalimat yang mengubah nomina-nomina obyek, seperti ‘saya memperlihatkan (kepada) kamu bola yang saya peroleh’. Akan tetapi, beliau tidak pernah mengamati suatu anak kalimat yag mengikuti NP subyek. Maka adalah wajar untuk berspekulasi bahwa tiada komplementasi juga tidak ada relativasi mengikuti NP subyek itu pada kalimat-kalimat kompleks permulaan anak-anak sebab untuk menghasilkannya akan merombak kesinambungan kalimat utama, meletakkan kalimat utama, meletakkan beban yang lebih berat pada IJP (ingatan jangka pendek) serta membuat perencanaanucapanyanglebihlengkap.


7.Kompetensilengkap
Pada akhir masa anak-anak, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami perubahan dan semakin lancar serta fasih dalam berkomunikasi. Keterampilan dan performansi tata bahasa terus berkembang kea rah tercapainya kompetensi berbahasa secara lengkapsebagaiperwujudandarikompetensikomunikasi.
Ini mengakhiri pembicaraan singkat kita mengenai tahap-tahap perkembangan yang dilalui. Dalam pembahasan tersebut disajikan hal-hal yang digunakan sebagai kerangka dasar yang harus diisi kalau sedang mendiskusikan perkembangan-perkembangan empiris dan teoritis dalam bidangpemerolehanbahasa.
E.Karakteristik Perkembangan Bahasa  Remaja
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang ia telah banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa  itu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengkutip proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaedah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga  masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata  sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik  yang pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.
F.Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
§  Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembanganbahasaindividu.Inirelevandenganpembahasansebelumnyabahwaterdapat korelasiyangsignifikanantarapikirandenganbahasaseseorang.

§  Polakomunikasidalamkeluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah atau interaksinya relatif demokratisakanmempercepatperkembanganbahasakeluarganyadibandingyang menerapkankomunikasidaninteraksisebaliknya.

§  Jumlahanakataujumlahkeluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anak atau banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebihcepat,karenaterjadikomunikasiyangbervariasidibandingkandengan yanghanyamemilikiana
ktunggaldantidakadaanggolainselainkeluargainti.

§  Posisiurutankelahiran
Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbanganaksulung atauanakbungsu.Halinidisebabkananaktengahmemilikiarahkomunikasike bawahsajadananakbungsuhanyamemilikiarahkomunikasikeatassaja.

§  Kedwibahasaan(Bilingualisme)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasasajakarenaanakterbiasamenggunakanbahasa
Secarabervariasi.
Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakanbahasaIndonesia.
Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, statsus sosialekonomi,jeniskelamin,danhubungankeluarga.
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
(+) Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya pengalaman, dan meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik dan ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
(+) Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil untuk cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.
Pada dasarnya bahasa  dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.
(+) Kecerdasan anak
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
(+) Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan  anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.
(+) Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya  untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.
G.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN BAHASA REMAJA
Menurut Piaaget (dalam Papalia, 2004), remaja memasuki tahap perkembangan kognitif yang disebut tahap formal operasional. Piaget menyatakan bahwa tahapan ini merupakan tahap tertinggi perkembangan kognitif manusia. Pada tahap ini individu mulai mengembangkan kapasitas abstraksinya.
Sejalan dengan perkembangan kognitifnya, perkembangan bahasa remaja mengalami peningkatan pesat. Kosakata remaja terus mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya referensi bacaan dengan topik-topik yang lebih kompleks. Menurut Owen (dalam Papalia, 2004) remaja mulai peka dengan kata-kata yang memiliki makna ganda. Mereka menyukai penggunaan metaphor, ironi, dan bermain dengan kata-kata untuk mengekspresikan pendapat mereka. Terkadang mereka menciptakan ungkapan-ungkapan baru yang sifatnya tidak baku. Bahasa seperti inilah yang kemudian banyak dikenal dengan istilah bahasa gaul.
Disamping merupakan bagian dari proses perkembangan kognitif, munculnya penggunaan bahasa gaul juga merupakan ciri dari perkembangan psikososial remaja. Menurut Erikson (1968), remajamemasuki tahapan psikososial yang disebut sebagai identity versus role confusion. Hal yang dominant terjadi pada tahapan ini adalah pencarian dan pembentukan identitas. Remaja ingin diakui sebagai individu unik yang memiliki identitas sendiri yang terlepas dari dunia anak-anak maupun dewasa. Penggunaan bahasa gaul ini merupakan bagian dari proses perkembangan mereka sebagai identitas independensi mereka dari dunia orang dewasa dan anak-anak.
Bahasa remaja atau yang dikenal bahasa gaul, berkembang melalui tayangan berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Media-media tersebut menyebarkan berbagai program remaja yang kecendrungannya menggunakan bahasa remaja sebagai pengantarnya.
Di dalam tayangan televis, program yang ditayangkan, seperti sinetron remaja menggunakan bahasa remaja. Melalui media ini, informasi mengenai bhasa remaja yang ada di kota Jakarta, dapat menyebar sampai ke pelosok-pelosok desa. Dengan perkembangan teknologi informasi yang luas, bahasa remaja tidak hanya terbatas pada kalangan masyarakat khususnya remaja di daerah perkotaan.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus,
ja, gaul bukanlah sekedar kata. Melainkan sudah menjadi semacam istilah atau ungkapan yang ruang lingkupnya menyentuh berbagai perilaku atau gaya hidup remaja. Sayangnya, istilah atau.ungkapan itu cenderung bertentangan dengan nilai atau norma-norma yang ada. Contohnya, berpdan sebagainya (Conger, 1991).
H.Pengaruh Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan Berpikir
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi.
Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan yang lain. seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan  persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil pemprosesan pikir ini diakibatkan kekurangmampuan dalam bahasa.
I.Perbedaan Individual dalam Kemampuan dan Perkembangan Bahasa
Menurut Chomsky (Woolfolk, dkk. 1984) anak dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang lain, faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar  makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda.
Berpikir dan berbahasa  mempunyai korelasi tinggi; anak dengan IQ tinggi akan berkemampuan  bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ menggambarkan adanya perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan varasi kemampuan mereka berpikir.
Bahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kekayaan lingkungan akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian remaja yang berasal dari lingkungan  yang berbeda juga akan berbeda-beda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya.
J.Upaya pengembangankemampuanbahasaremajadanimplikasinyadalam penyelenggaraan pendidikan
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa yang bervariasi bahasanya, baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan strategi belajar-mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak.
Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa murid-muridnya.
Kedua, berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa  lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah dipercaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para murid mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya hendaknya disediakan di sekolah maupun dirumah.











Saran
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa.
Oleh karena itu,  kita harus menggunakan dan mengembangkan bahasa dengan berkembangnya bahasa secara tidak sadar kita telah melangkah kedewasaan yang sudah merupakan kodrat kita sebagai manusia.
Hanya saja, agar pertumbuhan itu mencapai hasil yang maksimal harus mempertahankan faktor-faktor pendukungnya
Ø Kesimpulan
Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adalah usia anak, kondisi keluarga dan kondisi fisik anak terutama dari segi kesehatannya.
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling berpengaruh satu sama lain. bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir.








DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja (Perkembangan Peseta didik), Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2004

Chaer, Abdul, Psikolingustik Kajian Teoretik, Jakarta; Rineka Cipta, 2003

Davidof, Linda L, Psikologi Suatu Pengantar, Jakarta; Erlangga, 1988

Henry Guntur Tarigan, Psikolingustik, Bandung; Angkasa, cet-10, 1986

Jauhari, Muhammad Idris, Generasi Robbi Rodliya (Keluarga Yang Mendapat Rohmah dan Barokah Allah swt), Surabaya; Pustaka Hikmah Perdana, 2005

Rita L. Akitson, DKK, Pengantar Psikologi, Batam; Interaksara, tanpa tahun

Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung; PT.
Rosda Karya, cet-5, 2004
Posted by Dairabi Kamil at 9:38 PM








Tidak ada komentar:

Posting Komentar